Panci Bubur yang Tak Pernah Benar-Benar Kosong
Di kios kecil pinggir gang, panci besar mengepul sejak subuh. Penjualnya, lelaki berkemeja kotak yang selalu miring topinya. Ia bilang pola paling rapi sering lahir dari pagi yang berantakan. Tangan kanan mengaduk, tangan kiri memantau layar. Mahjong Ways 2 menyala pelan, seperti radio tua yang dibiarkan bicara sendiri. Katanya, rahasia itu bukan kunci mistis. Hanya ritme. Seperti menunggu beras mengembang. Seperti menakar santan. Seperti menahan api di titik sabar.
Mengatur Ritme, Bukan Nafsu
Ia tidak mengejar hasil cepat. Satu putaran, jeda. Dua putaran, napas. Tiga putaran, pandang langit-langit kios. Lalu berhenti. Bukan karena takut, tapi untuk mendengar suara yang tak kelihatan. Mahjong Ways 2 punya semacam detak. Kadang cepat, kadang pelan, lalu meledak jadi kombinasi yang bikin dahi orang lain berkerut. Di sela menakar bawang goreng, ia menandai momen kecil. Muncul angka ini, tahan. Muncul simbol itu, gas tipis. Tidak keras. Tidak halus. Pas di tengah.
Scatter Hitam Seperti Burung Pucat
Pelanggan datang, minta bubur setengah encer. Ia senyum. Di layar, scatter hitam muncul tiba-tiba. Sekali, menghilang. Muncul lagi, seperti burung yang hanya menjejak sebentar di pagar. Orang lain mungkin panik, menambah putaran tanpa hitung. Ia tidak. Ia balik panci, matikan kompor sebentar, biarkan mendidih sisa panas. Di layar, ritme kembali ke pola awal. Lalu muncul lagi. Scatter hitam ketiga. Bukannya sorak, ia hanya menarik bangku, duduk, dan mengetuk meja dua kali. Katanya, kalau terlalu ramai, rezeki gampang terbang.
Pola Anti Kalah ala Kain Lap
Kau mungkin berharap daftar langkah. Satu sampai sepuluh. Tidak ada. Yang ada kain lap di bahu, selalu siap. Ia bersihkan meja, bersihkan pikiran. Pola anti kalah, begitu ia menyebut, bukan jurus rahasia. Hanya tiga hal. Pertama, durasi. Main singkat, rehat agak lama. Kedua, skala. Kecil dulu, naik sedikit, turun lagi sebelum lupa diri. Ketiga, isyarat. Kalau simbol tertentu muncul berurutan tapi hampa, berhenti dulu. Biarkan Mahjong Ways 2 bernapas. Katanya permainan bisa suntuk juga, seperti panci dibiarkan terlalu lama di api kecil.
Antara Geruduk Pelanggan dan Doa Pendek
Menjelang siang, antrean mengular. Ada bayi menangis. Ada ibu-ibu tanya kerupuk mana. Di layar, angka bergerak pelan. Ia memilih tidak membuka putaran pada jam ramai. Fokus di bubur, fokus di senyum. Baru lanjut ketika sendok terakhir kembali ke baskom. Anehnya, momen tenang itu yang justru memanggil scatter hitam lebih rajin. Seperti halaman sehabis hujan, tanah menyeruput air dengan puas. Mahjong Ways 2 terasa jernih. Tidak semua momen harus diperas bersamaan.
Bukan Kisah Menang Besar, Ini Cerita Rapi
Ada yang menuduhnya beruntung. Ada yang menyangka ia memakai trik rumit. Ia geleng. Keberuntungan, katanya, bagian kecil. Sisanya kebiasaan. Ia hafal kapan harus diam, kapan perlu sedikit nakal. Scatter hitam tidak selalu patuh, itu jelas. Tetapi ia muncul lebih sering ketika ritme terjaga. Kalau sekali dua kali kabur, biarkan. Jangan dikejar. Nanti balik sendiri, seperti pelanggan yang bilang buburnya kemanisan lalu datang lagi besok.
Pelajaran dari Uap Panas
Sebelum menutup kios, ia cuci panci. Uap naik, kaca berkabut. Mahjong Ways 2 dimatikan. Tidak ada pesta. Tidak ada foto saldo. Hanya catatan kecil di kertas minyak yang agak licin. Ritme hari ini: cukup. Scatter hitam: hadir baik. Pola besok: ulangi yang sederhana, jangan tergoda. Dan mungkin itu inti semuanya. Menemukan tempo, merawat jeda, memelihara rasa penasaran. Di dapur, di layar, di kepala. Di sanalah Mahjong Ways 2 terasa seperti bubur: hangat, sabar, bisa bikin hati pulang.