Tidak Sengaja Menemukan Pola Tersembunyi Scatter Hitam Pada Mahjong Ways 2, Pedagang Thai Tea Ini Lagsung Banjir Cuan Seketika
Pagi di pinggir jalan
Gerobak hijau mengilap kena matahari pukul sembilan. Es batu berpeluk dalam boks plastik. Tangan Bima bergerak cepat, meracik thai tea ukuran jumbo untuk pelanggan yang buru-buru. Sedotan oranye diselipkan, uang kembalian diserahkan, wajahnya datar tapi matanya hidup. Ia sudah hafal ritme trotoar ini. Ada jam saat rombongan karyawan datang. Ada jam saat sepi agak panjang, cukup untuk menyalakan ponsel dan menenggelamkan diri pada satu permainan yang belakangan ia sebut pelarian singkat.
Bima tidak menganggap dirinya gamer. Ia tidak mengikuti update, tidak tahu siapa streamer paling ramai. Ia hanya suka sensasi menunggu sesuatu terjadi di layar ponsel kecil, seperti menunggu air teh mengendap warna, seperti menunggu hujan yang katanya akan turun tapi belum turun juga. Permainan yang ia buka punya judul dua kata yang pekat aroma Asia. Mahjong Ways. Angka 2 menempel di belakangnya seperti janji bahwa edisi ini lebih ramai, lebih penuh kejutan.
Scatter hitam yang bikin penasaran
Ada satu simbol yang jadi bahan obrolan warung. Orang menyebutnya scatter hitam. Bukan karena Bima yakin itu warna resminya, melainkan karena kabar dari teman ke teman. Katanya simbol ini jarang, katanya kalau muncul lebih dari sekali suasana langsung berubah. Bima tidak menelan mentah cerita itu. Ia hanya mencatat dalam kepala, seperti mencatat harga gula yang naik turun. Semuanya kemungkinan. Tidak ada kepastian.
Hari itu, antrean mereda. Ia menyeka meja, menepuk celana, lalu menyandarkan punggung. Ponsel keluar. Permainan dibuka. Suara sekitar masih terdengar, klakson motor, tawa anak sekolah, panggilan pedagang cilok. Sementara di layar, ubin warna-warni berbaris naik turun. Bima menekan tombol mulai, lalu membiarkan ritme berjalan beberapa putaran. Kadang ia sentuh. Kadang ia biarkan otomatis sebentar. Tidak ada sainsnya, begitu ia bilang ke dirinya sendiri. Sama seperti meracik minuman, takaran bisa diukur, tapi selera orang susah ditebak.
Saat itu tiba begitu saja
Putaran kesekian memberi kilatan kecil. Satu simbol yang mirip rumor itu lewat, seperti kucing hitam yang menyeberang kemudian lenyap di balik roda mobil. Bima menahan napas. Ia mengernyit, bukan karena takjub, tetapi karena otaknya menghitung peluang yang tak pernah benar-benar ia pahami. Putaran berikutnya, simbol itu muncul lagi. Tidak lama, ketiga. Bukan meteor jatuh. Bukan gong besar. Hanya kilat kecil yang membuat jari Bima berhenti di udara, sementara sedotan oranye nyaris jatuh.
Bima sering mendengar kata pola. Orang suka memanggil apa pun dengan kata itu. Pola tidur. Pola makan. Pola rezeki. Di permainan ini, pola terdengar seperti mantra. Ada yang bilang sentuhnya tiga kali lalu jeda. Ada yang bilang biarkan lima putaran lalu baru ikut campur. Bima terkekeh kecil. Baginya, pola di sini mirip kebiasaan kecil yang menghibur. Bukan rumus yang menjamin apa pun. Pagi itu ia merasa tidak menemukan pola. Ia hanya kebetulan bertemu momen ketika simbol hitam itu berbaris rapi. Kecocokan singkat yang susah diulang.
Antara cuan dan bayangan
Setelah simbol itu muncul beruntun, layar seperti menyiram jumlah angka lebih deras. Bima tentu senang. Siapa yang tidak senang saat angka bertambah. Ia memotret dalam kepala, menaruhnya di rak imajinasi, bersisian dengan momen saat dagangan habis terjual sebelum Asar. Tapi kegembiraan semacam ini licin. Kalau dipegang terlalu keras, lepas. Kalau dilepas, ia datang lagi sesukanya. Bima menyadari itu. Sebagian karena ia pedagang, sebagian karena ia pernah kecewa pada hal lain yang tampak pasti padahal tidak.
Seorang pelanggan langganan datang, memesan biasa. Es kurang, kata Bima, sementara ia meraih bungkusan baru. Pelanggan itu melirik ponsel di dekat mesin sealer. Kamu main juga ya. Bima mengangkat bahu. Main sebentar. Pelanggan itu mulai cerita tentang teman yang katanya jago membaca tanda. Katanya ada jam tertentu, ada ritme tertentu, ada cara menekan yang paling tepat. Bima tidak membantah. Ia hanya menambah takaran susu sesuai pesanan. Kadang mendengar seperti itu membuat sesuatu terasa ilmiah. Padahal mungkin hanya cara orang memberi makna pada kebetulan.
Menghindari kisah heroik yang berlebihan
Tulisan ini tidak akan mengubah Bima menjadi tokoh cerita yang tiba-tiba hidupnya melonjak permanen. Pagi itu, ia memang melihat scatter hitam datang tiga kali. Angka di layar memang naik lumayan. Bima sempat tersenyum lebih panjang dari biasanya. Lalu apa. Lalu ia kembali mengelap meja, kembali menakar teh dan susu, kembali menyodorkan sedotan oranye. Ada hari ketika permainan memberi hadiah kecil. Ada hari ketika ia hanya jadi jeda.
Lucunya, permainan yang tampak sederhana itu bisa menjadi cermin kecil. Ia memantulkan kegelisahan tentang kapan sesuatu yang baik muncul. Ia memantulkan kebiasaan menebak. Ia memantulkan euforia yang kadang datang terlalu cepat. Bima melihat dirinya di situ. Seorang pedagang yang bangun pagi, mengangkut es, berharap cuaca bersahabat. Di layar, ia menunggu simbol hitam. Di jalan, ia menunggu pelanggan yang tak terduga. Keduanya sama-sama permainan peluang. Keduanya juga butuh rem.
Mencatat agar tidak terseret
Bima punya kebiasaan mencatat. Bukan catatan rumit. Hanya angka harian. Berapa gelas laku. Berapa kantong es habis. Siang itu ia menambah satu baris baru. Bukan angka permainan, tetapi kalimat pendek. Jangan hanyut. Ia menulisnya sambil menyesap thai tea sendiri, yang jarang ia lakukan karena tak mau makan dagangan. Catatan itu terasa seperti timbangan kecil di kantong. Mengingatkan bahwa layar bisa memabukkan, sama seperti aroma sirup yang terlalu manis.
Jika esok ada yang bertanya, Bima akan bercerita pelan. Bahwa pagi itu ia melihat simbol hitam muncul berkali-kali. Bahwa ia merasa ada pola tetapi tidak yakin. Bahwa ia senang, lalu kembali ke pekerjaan. Cerita itu mungkin akan membuat orang lain penasaran, ingin menguji sendiri, mencari momen serupa. Tidak apa. Rasa ingin tahu adalah mesin kecil yang mendorong kita bangun. Asal di sampingnya tetap ada pedal rem.
Mengukur jarak dari layar
Sore menjelang. Matahari bergeser, bayangan tenda bertambah panjang. Bima menutup ponsel, memasukkannya ke saku. Permainan selesai untuk hari ini. Ia tahu rasa penasaran itu tidak benar-benar hilang. Besok bisa saja muncul lagi, terutama ketika sepi datang di antara dua jam ramai. Ia memilih membiarkan jarak itu ada. Jarak yang menyehatkan kepala. Jarak yang membuat permainan tetap menjadi permainan.
Kita sering ingin kesimpulan. Kita ingin tahu apakah scatter hitam itu benar kunci. Kita ingin tahu adakah pola yang bisa dipegang. Bima tidak punya jawabannya. Saya juga tidak. Yang kita punya hanya cerita kecil di pinggir jalan tentang seorang pedagang thai tea yang kebetulan menatap layar di waktu yang pas, lalu angka bertambah, lalu hidup berjalan seperti biasa. Es batu tetap mencair. Sirup tetap menempel di sendok. Pelanggan datang dan pergi. Mungkin di antara semua itu, sesekali simbol hitam itu muncul lagi. Mungkin juga tidak. Dan kalau pun datang, semoga ia hanya menjadi bumbu, bukan menu utama.
Catatan untuk diri sendiri
Jika permainan adalah jeda, maka biarlah ia tetap jeda. Jika ia mulai mengambil tempat terlalu luas, sempitkan. Kalau ada yang menyebut pola rahasia, anggap itu undangan untuk tertawa kecil. Sebab hal paling rahasia sering sudah kita tahu sejak awal. Bahwa yang membuat hari terasa cukup bukan kejutan di layar. Melainkan tangan yang terus bekerja, gelas yang terus terisi, dan mata yang masih bisa melihat warna teh berubah perlahan. Di situ Bima berdiri. Di sana juga, mungkin, kita semua.